Di tengah perjuangan tanpa henti untuk memberikan kesempatan bagi perempuan untuk belajar dan berkembang, data Komnas Perempuan tahun 2023 membuka mata kita pada kenyataan yang menyakitkan: lebih dari 450 ribu laporan kekerasan terhadap perempuan. Angka ini hanyalah sebagian kecil dari penderitaan yang tersembunyi, yang terlalu sering terabaikan karena norma dan budaya yang mengekang perempuan untuk berbicara. Dalam kondisi ini, perjuangan untuk kesetaraan gender menjadi semakin jelas—jalan yang masih panjang dan penuh tantangan.
Namun, di tengah gelapnya kenyataan ini, GIN Voice hadir dengan semangat untuk mengubah cerita. Women of Faith and Culture Fair adalah ruang yang mereka ciptakan untuk memberi perempuan kesempatan berbicara, berbagi kisah, dan merayakan kekuatan mereka meski dihadapkan pada berbagai tantangan. Bukan hanya untuk mendengarkan, tapi untuk menghargai setiap perempuan yang mampu bertahan, berkarya, dan menginspirasi meskipun dunia sering kali menempatkan mereka dalam posisi yang terpinggirkan.
Acara ini juga mengangkat isu yang sangat penting: kesetaraan dan kebebasan beragama. Seni dan budaya menjadi alat yang menghubungkan kita, membuka dialog mengenai hak-hak perempuan dan kebebasan berkeyakinan. Di sinilah perbedaan dihargai, karena dalam perbedaanlah kita menemukan kekuatan yang lebih besar untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif, adil, dan penuh toleransi. Menerima keberagaman bukan hanya soal menghargai perbedaan, tetapi juga tentang menghapuskan intoleransi yang membatasi kebebasan.
Untuk memastikan semangat ini terus hidup, GIN Voice mengundang para tokoh yang telah membuktikan komitmennya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan kebebasan beragama. Ada Musdah Mulia, seorang aktivis hak perempuan dan profesor agama yang telah lama memperjuangkan kesetaraan dalam konteks agama. Fitria Sumarni, seorang advokat yang berdedikasi untuk hak asasi manusia, terutama perempuan dalam komunitas Ahmadiyah. Di samping mereka, hadir pula pemuda dari organisasi kepercayaan, tokoh Hindu, serta perwakilan dari Komnas Perempuan, yang semuanya membawa perspektif berbeda yang sangat berharga untuk memperkaya diskusi.
Melalui Women of Faith and Culture Fair, kita diingatkan kembali akan pentingnya menjaga nyala perjuangan perempuan—seperti yang dilakukan oleh Dewi Sartika—yang percaya bahwa setiap perempuan berhak hidup bebas dari kekerasan dan ketidaksetaraan. Ini adalah panggilan untuk kita semua—untuk menerima, mendukung, dan merayakan setiap langkah perjuangan perempuan, serta keberagaman yang ada di sekitar kita. Perempuan bisa berkarya, berdaya, dan memberi dampak positif untuk perubahan yang lebih baik bagi dunia.